Gue gak pernah ngerti sama diri gue sendiri kenapa terkadang sebuah hal
yang (kayaknya) kecil bisa begitu jadi besar buat gue. Bisa ngebuat gue
kecewa, dan gue gak pernah ngerti kenapa kekecewaan ini bisa berubah
seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan gue sendiri…
lama-lama ngebunuh dari dalam… dan mati. Gue gak pernah mengerti
bagaimana harus mensiasati ini. Gue gak pernah ngerti kenapa buat gue,
what has done yah done.. the damage has been done, and nothing we can do
about it. There is absolutely nothing we can do about it. Kenapa?
Kenapa gue gak bisa membuat semua ini seolah gak nampak, dan jalan
terus. Kenapa? Kenapa? Kenapa gue harus membuat semua hal sempurna?
Kalau
yang namanya kesempurnaan itu gak ada, dan kita terus mengejar
kesempurnaan, apa gue berarti mengejar sesuatu yang tidak ada? Dan kalau
yang namanya memaafkan itu berarti melupakan, bagaimana cara melupakan
sesuatu yang telah kita maafkan? Bahkan jika hal tersebut tidak
seharusnya terjadi?
Bagaimana kita tahu apa yang pilih itu
“benar”? Bagaimana kita tahu apakah kita akan bahagia dengan pilihan
kita. Aksi kita. Konsekuensi kita. Relativisme dalam contoh yang paling
sempurna. Filsafat katanya bisa membantu kita memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam hidup, tapi yang ada justru pertanyaan
satu mengikuti pertanyaan lain.
(raditya dika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar